Rabu, 20 April 2011

SISTEM REGULASI PADA MAKHLUK HIDUP

SISTEM REGULASI PADA MAKHLUK HIDUP





A. SISTEM SARAF

Dilihat dari cara kerja dan fungsinya, saraf bagaikan sebuah jaringan komunikasi. Sistem saraf berfungsi untuk menerima pesan dan menanggapi pesan tersebut. Dalam hal ini, pesan disebut rangsang. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa saraf merupakan bagian dari tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang dan kemudian menanggapi rangsang tersebut. Alat yang mampu menerima rangsang dinamakan indra (reseptor).

Informasi lingkungan dari reseptor tubuh atau indra menuju pusat pengolahan informasi misalnya otak, memerlukan suatu media. Media tersebut berupa sel, yaitu sel saraf (sel neuron). Jadi, sel tersebut berfungsi mengantarkan informasi dari reseptor ke sistem pengolahan informasi, kemudian menyampaikan tanggapannya ke efektor. Adapun efektor berupa sel atau organ yang digunakan hewan untuk bereaksi terhadap rangsangan. Informasi yang digunakan disebut implus saraf. Sistem saraf tersusun atas sel-sel pendukungnya (neuroglia). Sel-sel neuroglia merupakan jaringan penyokong, sebagai isolasi dan tempat makanan cadangan karena banyak mengandung glikogen.



1. Sel Saraf (Neuron)

Kesatuan struktural dan fungsional sistem saraf disebut neuron. Neuron tersusun atas badan sel saraf, serabut-serabut saraf, dan selubung-selubungnya. Badan sel saraf mengandung inti sel yang berbentuk vesikuler (seperti pembuluh) dengan membran yang tipis. Inti sel mengandung satu anak inti besar yang kaya akan RNA (asam ribonukleat) dan sitoplasma yang disebut neuroplasma.

Jaringan saraf tersusun atas sel-sel yang mempunyai bentuk khusus. Sel-sel tersebut dinamakan neuron dan neuroglia. Kedua sel tersebut ibarat pasangan tak terpisahkan yang menyusun jaringan saraf. Adapun sel neuron berfungsi memberikan nutrisi dan bahan-bahan lain yang digunakan untuk kehidupan neuron. Dengan kata lain, neuroglia berfungsi untuk menjamin kehidupan neuron agar tetap dapat melaksanakan kegiatan.

Neuron merupakan unit struktural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron memiliki kemampuan sebagai konduktivitas (penghantar) dan eksistabilitas (dapat dirangsang), serta memiliki kemampuan merespon rangsangan dengan sangat baik.

Untuk mendukung kinerja menyampaikan sinyal ke yang lainnya, sel neuron membentuk sebuah juluran-juluran sitoplasma yang disebut dendrit. Dendrit inilah yang menjadi perantara bagi pergerakan sinyal dari organ reseptor ke pusat pengolahan saraf. Jika simpul ini hilang atau rusak, seseorang akan mengalami kepikunan (jika terjadi di otak), atau mati rasa (jika terjadi di bagian organ lain).

Sebuah sel saraf terdiri atas dendrit, selubung mielin, nodus Ranvier, sel Schwann, badan sel, dan inti sel. Akson (neurit) merupakan bagian sel saraf yang merupakan perpanjangan dari sitoplasma dalam bentuk tunggal. Akson dibungkus oleh sebuah lapisan lemak yang disebut selubung mielin. Selubung mielin adalah bagian khusus dari membran plasma sel aksesoris neuron yang disebut sel Schwann.

Sel Schwann berfungsi melindungi akson dari kerusakan, luka, atau tekanan. Sel Schwann termasuk neuroglia. Sel Schwann tersusun beraturan pada akson. Namun terdapat bagian akson yang tertutup oleh sel Schwann yang disebut nodus Ranvier. Nodus Ranvier sangat berguna dalam mekanisme penghantaran implus atau rangsang. Badan sel mengandung inti sel, neurofibril, badan golgi, mitokondria, dan sitoplasma.

Berdasarkan fungsinya sel saraf dapat dibedakan atas sel saraf sensorik (saraf aferen), sel saraf motorik (saraf eferen), dan sel saraf interneuron (saraf konektor, asosiasi, atau ajustor). Sel saraf sensorik membawa informasi dari reseptor yang berhubungan langsung dengan lingkungan. Sel saraf motorik membawa informasi ke otot atau kelenjar dan membuat mereka bergerak atau bereaksi. Adapun sel saraf interneuron merupakan penghubung informasi antara sel saraf sensorik dan sel saraf motorik.

Berdasarkan strukturnya, sel saraf dibedakan atas neuron bipolar, neuron unipolar, dan neuron multipolar. Neuron bipolar memiliki dua juluran dari badan selnya, menjadi dendrit dan akson. Neuron unipolar memiliki satu juluran dari badan sel yang bercabang menjadi dendrit dan akson. Adapun neuron multipolar memiliki banyak juluran dendrit dari badan selnya dan memiliki satu juluran akson. ya

Ukuran inti sel saraf pada umumnya lebih besar daripada sel lainnya di tubuh. Sel-sel saraf atau neuron akan bergabung membentuk suatu simpul saraf yang disebut ganglion. Rangsang bergerak dari sel saraf ke sel saraf lainnya, bermula dari dendrit menuju akson. Oleh karena itu, dalam pergerakan tersebut kita akan menemukan hubungan antarneuron melalui kontak juluran dendrit dan akson. Bagian yang berhubungan dengan sel saraf lain tersebut dikenal dengan nama sinapsis. Arah perambatan dari sinapsis sangat khas, yaitu hanya terjadi dalam satu arah.



2. Susunan Saraf Manusia

Dalam tubuh manusia, terdapat dua sistem susunan saraf, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf tepi menghubungkan sistem saraf pusat dengan seluruh tubuh. Di sistem saraf tepi inilah, neuron sensorik dan motorik bekerja.



a. Sistem Saraf Pusat

Struktur khas dalam sistem saraf pusat adalah adanya area kelabu dan area putih. Area kelabu merupakan kumpulan dari akson yang dibungkus oleh selubung mielin, sedangkan area putih merupakan kumpulan dari badan sel dan dendrit yang dilingkupi oleh banyak sinapsis. Area putih terdapat di otak bagian dalam dan area kelabu terdapat di bagian luarnya (korteks). Sementara itu, pada sumsum tulang belakang berlaku sebaliknya.



1). Otak

Otak manusia dewasa memliki berat sekitar 1,5 kg dan wujudnya dalam keadaan lembek seperti alpukat yang matang. Otak manusia terdiri atas bagian kiri dan kanan. Masing-masing bagian mempunyai tugas tersendiri. Otak kiri mengatur kegiatan bagian kanan tubuh, sebaliknya otak kanan mengatur kegiatan bagian kiri tubuh.

Otak dibungkus oleh tiga membran pelindung yang disebut meninges. Di antara dua membran sebelah dalam ada cairan serebrospinal yang berfungsi sebagai bantalan bagi otak terhadap goncangan atau benturan. Pada tengkorak lapisan terluar dari meninges disebut duramater, lapisan tengah disebut dengan arachnoid, dan lapisan terdalam disebut piamater.

Didalam otak terdapat 12 pasang saraf kranial. Adapun otak sendiri dapat dibedakan menjadi otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Para ahli mempercayai bahwa dalam perkembangannya, otak vertebrata terbagi menjadi tiga bagian yang mempunyai fungsi khas. Otak belakang berfungsi dalam menjaga tingkah laku, otak tengah berfungsi dalam penglihatan, dan otak depan berfungsi dalam penciuman.



a). Otak depan

Otak depan terdiri atas otak besar, talamus, dan hipotalamus. Otak besar merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari volume seluruh bagian otak. Otak besar berfungsi sebagai pusat berpikir (kepandaian), kecerdasan, dan kehendak. Otak besar juga mengendalikan semua kegiatan yang didasari seperti bergerak, mendengar, melihat, berbicara, berpikir, dan lain-lain.

Talamus merupakan pusat penerus implus sensori ke berbagai bagian sensori serebrum. Talamus juga melakukan persepsi terhadap rasa sakit dan rasa menyenangkan. Talamus mengatur dan mengoordinasi manifestasi luar dari emosi.

Hipotalamus merupakan pusat koordinasi sistem saraf autonom yang mengendalikan suhu tubuh, selera makan, lapar, haus, keseimbangan metabolisme karbohidrat dan lemak, tekanan darah, tingkah laku, dan tidur. Hipotalamus juga mengontrol fungsi tertentu kelenjar pituitari (kelenjar hipofisis) dengan menghasilkan faktor pelepas. Kelenjar pituitari adalah kelenjar endokrin yang terletak di lekuk kecil pada dasar tengkorak, tepat di bawah hipotalamus dan dihubungkan oleh tangkai kecil.

b). Otak tengah

Otak tengah manusia cukup kecil dan tidak mencolok. Bagian-bagiannya berupa lobus optik (kolikuli superior) sebagai pusat pengatur gerak bola mata, refleks pupil, dan refleks akomodasi. Bagian lain adalah kolikuli inferior, yang merupakan pusat dari auditori (pendengaran). Selain itu, otak tengah juga mengandung sekelompok sel saraf yang mengatur tonus otot dan postur (bentuk tubuh).



c). Otak belakang

Otak belakang terdiri dari dua bagian, yaitu serebelum (otak kecil) dan medula oblongata. Serebelum terdiri atas dua belahan yang berliku-liku sangat dalam. Fungsinya adalah untuk mengkoordinasikan kegiatan lokomotor tubuh, antara lain pengaturan otot, posisi, dan keseimbangan tubuh. Rusaknya bagian serebelum ini dapat mengakibatkan seseorang kehilangan koordinasi gerakan otot tubuh.

Medula oblongata tampak seperti ujung bengkak pada tali spinal. Sebenarnya ukurannya sangat kecil tetapi fungsinya sangat besar, karena jika terjadi kerusakan pada bagian medula oblongata ini dapat mengakibatkan kematian. Fungsi medula oblongata, antara lain menstimulasi otot-otot antar tulang rusuk dan difragma sehingga dapat memungkinkan untuk pernapasan; mengkoordinir saraf yang mengatur detak jantung diameter arteriola, tekanan darah, suhu tubuh, gerakan alat-alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan; mengkoordinir gerak refleks, misalnya kedipan mata, bersin, bersendawa, dan muntah.



2). Sumsum tulang belakang

Sumsum tulang belakang merupakan salah satu bagian dari sistem saraf pusat manusia yang menghubungkan sistem saraf tepi dan sistem saraf pusat di otak. Sumsum tulang belakang pada laki-laki umumnya mempunyai panjang sekitar 45 cm, sedangkan pada wanita adalah 43 cm. Sumsum tulang belakang dilindungi oleh bagian-bagian tulang belakang, yaitu tulang serviks, toraks, lumbar, dan sakral. Setiap bagian tulang tersebut menpunyai dua fungsi jenis saraf dalam tubuh yang berlainan. Selain berfungsi menghubungkan implus ke otak, sumsum tulang belakang berperan juga dalam mekanisme pergerakan refleks.

Ada 31 pasang saraf di tulang belakang yang tersebar mulai dari tengkorak hingga tulang ekor. Sel saraf tulang belakang terdiri atas bagian akar ventral dan akar dorsal. Sementara itu, sel saraf lainnya di tulang belakang hanya berfungsi sebagai sel saraf penghubung (interneuron).



b. Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf tepi berdasarkan arah implusnya terbagi menjadi dua, yaitu sistem eferen dan sistem aferen. Sistem aferen mengandung sel saraf yang menghantarkan informasi dari reseptor ke sistem saraf pusat. Sistem saraf eferen mengandung sel saraf yang menghantarkan informasi dari sistem saraf pusat ke otot dan kelenjar. Telah diketahui bahwa sistem saraf tepi dibangun oleh dua tipe sel saraf, yaitu sel saraf somatik dan sel saraf otonom.

Sistem saraf somatik membawa pesan dari organ reseptor tubuh menuju sistem saraf pusat. Sistem saraf somatik terdiri atas 12 pasang saraf kranial di otak dan 31 pasang saraf spinal.

Sistem saraf otonom bekerja di luar kesadaran dan memengaruhi kerja otot organ dalam, seperti usus halus dan jantung. Sistem ini terbagi lagi menjadi sistem saraf simpatetik dan sistem saraf parasimpatetik. Sistem saraf otonom disusun oleh saraf sensorik dan saraf motorik.



c. Gerak Refleks

Gerak refleks merupakan respon sel saraf motorik, sensorik, interneuron, efektor, dan organ-organ sensor secara cepat dalam waktu bersamaan. Gerak refleks berada di dalam jalur saraf tepi di bawah kendali sistem saraf somatik yang bekerja dalam kondisi tak sadar. Pada gerak refleks, jalur penghantaran implus dipersingkat sehingga tidak perlu ada regulasi dari sistem saraf di otak.



B. SISTEM HORMON

Hormon merupakan getah yang dihasilkan oleh kelenjar buntu dan langsung diedarkan oleh darah disebut inkrit. Kelenjar buntu disebut juga kelenjar endokrin karena tidak mempunyai saluran Sachulus. Fungsi hormon untuk memacu atau menggiatkan aktivitas tubuh.

Macam-macam kelenjar endokrin pada tubuh manusia antara lain hipofisis, tiroid, paratiroid, timus pankreas, adrenal, ovarium, dan testis.



1. Kelenjar Hipofisis (Pituitari)

Kelenjar ini disebut juga kelenjar pituitari dan dijuluki master of glands, artinya adalah raja kelenjar karena sekresinya dapat mengatur kelenjar yang lain. Kelenjar ini terletak di dasar otak dan terdiri atas tiga lobus.

a. Lobus Depan (Anterior)

Bagian lobus depan mensekresikan paling banyak hormon dibandingkan bagian yang lain.



b. Lobus Tengah

Bagian ini berfungsi untuk mensintesis hormon yang memberikan pigmen warna kulit yang disebut melanocyte stimulating hormon (MSH).



c. Lobus Belakang (Posterior)

Pada bagian ini sebenarnya tidak diproduksi hormon sendiri, melainkan menyimpan hormon-hormon yang dihasilkan oleh sel-sel saraf yang berasal dari hipotalamus otak.



2. Kelenjar Epifisis

Kelenjar ini terdapat di otak bagian atas.



3. Kelenjar Tiroid

Adalah kelenjar yang terdapat di leher bagian depan di sebelah bawah jakun dan terdiri dari dua lobus. Hormon terpenting yang disekresikannya adalah tiroksin. Tiroksin terdiri dari asam amino yang mengandung yodium.



4. Kelenjar Paratiroid

Kelenjar ini mensekresikan hormon yang dinamakan parathormon (PTH). Peranan hormon ini adalah untuk metabolisme kalsium dan fosfat.



5. Kelenjar Timus

Merupakan kelenjar penimbunan hormon somatotrof atau hormon pertumbuhan dan setelah dewasa tidak berfungsi lagi.



6. Kelenjar Adrenal

Adalah dua struktur kecil yang terletak di atas tiap ginjal. Kelenjar ini kaya akan persediaan darah. Baik secara anatomi maupun fungsional, kelenjar ini terdiri dari dua bagian yang berbeda, yaitu korteks adrenal dan medula adrenal.



7. Kelenjar Pankreas

Adalah sekelompok sel yang tersebar di seluruh pankreas dan kaya akan pembuluh darah. Kelenjar ini menghasilkan hormon insulin dan glukagon. Insulin berfungsi mengubah gula darah menjadi gula otot, sedangkan glukagon berfungsi mengubah glikogen menjadi glukosa.



8. Kelenjar Kelamin

Testis merupakan kelenjar kelamin laki-laki yang mengandung sel leydig. Sel leydig menghasilkan hormon testosteron yang berpengaruh terhadap pertumbuhan sekunder pada laki-laki.

Ovarium adalah kelenjar kelamin wanita yang mensekresi hormon estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini berpengaruh terhadap pertumbuhan kelamin sekunder wanita.



9. Kelenjar Pencernaan

Kelenjar pada lambung menghasilakan hormon gastrin, yang berfungsi merangsang sekresi getah lambung. Kelenjar pada usus memproduksi hormon sekretin yang berfungsi merangsang sekresi getah pankreas dan hormon kolesistokinin yang merangsang sekresi getah empedu.



C. ALAT INDRA

Di dalam tubuh manusia terdapat bermacam-macam reseptor untuk mengetahui rangsangan-rangsangan dari luar atau disebut juga eksteroseptor. Eksteroseptor sering disebut sebagai alat indra.

Manusia memiliki panca indra, yaitu sebagai berikut:



1. Indra Penglihat (Mata)

Mata adalah organ indra yang memiliki reseptor peka cahaya yang disebut fotoreseptor. Mata dapat dibedakan menjadi tiga lapisan berbeda, yaitu:

a. Lapisan luar yang terdiri atas sklera dan kornea.

b. Lapisan tengah yang berisi koroid, badan silia, dan iris.

c. Lapisan dalam, tempat retina.

Bagian mata yang paling besar dan berwarna putih adalah sklera. Sklera merupakan tempat otot mata melekat, di dalamnya terdapat jaringan ikat yang berwarna putih. Lapisan bening di dalam sklera, tempat cahaya masuk dinamakan kornea. Di dalam kornea terdapat cairan pengisi mata, yaitu aqueos humor. Cahaya yang masuk mata diatur intensitasnya oleh sebuah kepingan yang bernama iris. Iris mempunyai banyak pembuluh darah dan mengandung pigmen warna yang menyebabkan adanya perbedaan warna pada mata. Pada iris, bagian lubang yang berubah sesuai dengan intensitas cahaya yang masuk dinamakan pupil. Pupil terletak di bagian tengah iris.

Di belakang iris terdapat lensa bikonveks untuk memfokuskan cahaya yang masuk sehingga bayangan yang dilihat jelas. Lensa dibangun oleh protein yang disebut protein kristalin. Protein tersebut sangat jernih sehingga memungkinkan cahaya masuk ke dalam mata. Kemampuan mata untuk memfokuskan cahaya yang masuk disebut daya akomodasi mata. Di antara retina dan iris, terdapat cairan pengisi yang disebut cairan vitreal. Bayangan yang dibiaskan oleh lensa mata akan jatuh di daerah sempit di retina yang disebut fovea.

Pada retina terdapat sel batang yang sensitif terhadap cahaya redup dan tidak dapat membedakan warna. Selain itu, terdapat juga sel kerucut yang sensitif terhadap cahaya terang dan dapat membedakan warna. Sel batang dan sel kerucut banyak mengandung pigmen penglihatan retinal yang terikat pada protein membran yang disebut opsin. Sel batang memiliki jenis opsin tersendiri yang dipadukan dengan retinal menjadi pigmen penglihatan yang disebut rhodopsin. Semua pigmen penglihatan pada sel kerucut disebut photopsin. Terdapat tiga jenis sel kerucut, yaitu sel kerucut merah, sel kerucut hijau, dan sel kerucut biru. Di bagian fovea terdapat daerah yang peka terhadap cahaya disebut bintik kuning, sedangkan bagian yang tidak peka terhadap cahaya disebut bintik buta.



2. Indra Pendengar (Telinga)

Telinga adalah organ yang terspesialisasi menerima rangsang berupa getaran. Mendengar adalah kemampuan untuk mendeteksi vibrasi mekanis (getaran) yang kita sebut suara. Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga bagian luar, tengah, dan dalam.

Telinga bagian luar yang terdiri dari daun telinga dan liang telinga berfungsi membantu mengkonsentrasikan gelombang suara. Rongga telinga tengah terisi oleh udara, sedangkan rongga telinga dalam terisi oleh cairan limfa.



3. Indra Peraba dan Perasa (Kulit)

Kulit merupakan reseptor tubuh yang paling luas dan paling pertama menerima informasi dari lingkungan. Pada epidermis terdapat reseptor untuk rasa sakit dan tekanan lemah. Reseptor untuk tekanan disebut mekanoreseptor. Pada dermis terdapat reseptor untuk panas, dingin, dan tekanan kuat. Masing-masing reseptor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Korpuskula Pacini, merupakan ujung saraf perasa tekanan kuat.

b. Ujung saraf sekeliling rambut, merupakan ujung saraf peraba.

c. Korpuskula Ruffini, merupakan ujung saraf peraba (panas).

d. Ujung saraf Krause, merupakan ujung saraf perasa dingin.

e. Korpuskula Meissner, merupakan ujung saraf peraba (sentuhan).

f. Ujung saraf tanpa selaput, merupakan perasa nyeri,

g. Lempeng Merkel, merupakan ujung saraf perasa sentuhan dan tekanan ringan.



4. Indra Pembau (Hidung)

Selain sebagai alat respirasi, hidung juga merupakan organ sensorik yang terspesialisasi untuk menangkap rangsang kimia. Di udara rangsang kimia yang ringan dibawa dalam bentuk gas yang kemudian diterima oleh kemoreseptor berisi silia di hidung yang disebut reseptor olfaktori.

Silia tersebut diminyaki oleh lapisan lendir. Pada lapisan membran silia, terdapat enzim yang akan mengkatalis proses perubahan sinyal kimia menjadi implus saraf sehingga menciptakan perubahan potensial aksi. Implus saraf yang dihasilkan akan dikirim ke bagian otak, yaitu saraf kranial olfaktori I.



5. Indra Pengecap (Lidah)

Lidah merupakan bagian dari reseptor kimia tubuh lainnya. Organ yang menerima rangsangan ini adalah ujung pengecap yang berada di lidah. Agar suatu zat dapat dapat dirasakan, zat itu harus larut dalam kelembapan mulut sehingga dapat menstimulasi kuncup rasa. Kuncup rasa kebanyakan terdapat pada permukaan lidah.

Kemoreseptor dapat dibedakan menjadi empat macam sensasi utama, yaitu rasa manis terletak di bagian depan, rasa asin di bagian tepi, rasa asam di bagian kedua sisi lidah, dan rasa pahit di bagian tengah belakang lidah.



D. GANGGUAN PADA SISTEM REGULASI

Gangguan pada sistem regulasi dapat terjadi pada sistem saraf, sistem hormon, dan sitem indra. Berikut beberapa contoh kelainan pada sistem regulasi.



1. Amnesia

Adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengenali kejadian-kejadian atau mengingat apa yang terjadi dalam suatu periode di masa lampau akibat goncangan batin atau cedera otak.



2. Stroke

Adalah kerusakan otak akibat tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah di otak. Stroke sering terjadi pada penderita tekanan darah tinggi.



3. Cutter

Adalah suatu penyakit dimana penderita selalu melukai dirinya sendiri pada saat depresi, stress, atau bingung.



4. Neuritis

Adalah radang saraf yang disebabkan oleh pengaruh fisik seperti tekanan pukulan dan patah tulang. Penderita sering merasa kesemutan.



5. Transeksi

Adalah kerusakan sebagian atau seluruh segmen tertentu dari medula spinalis, misalnya karena jatuh atau tertembak yang disertai dengan hancurnya tulang-tulang belakang.



6. Parkinson

Adalah penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya neurotransmitter dopamin pada dasar ganglion. Gejalanya tangan bergetar sewaktu istirahat.



7. Epilepsi

Adalah suatu penyakit yang terjadi karena dilepaskannya letusan-letusan listrik (implus) pada neuron-neuron diota.



8. Poliomielitis

Adalah penyakit yang disebabkan oleh inveksi virus yang menyerang neuron motor sistem saraf pusat.



DAFTAR PUSTAKA



Pratiwi, D.A., dkk., 2007. Biologi SMA Jilid 2 untuk Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.



P. Ferdinand, Fictor & Moekti Ariebowo. 2007. Praktis Belajar Biologi untuk Kelas XI SMA/MA Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Penerbit Visindo Media Persada.



Sri Lestari, Endang. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya SMA/MA untuk Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departeman Pendidikan Nasional Tahun 2009.



Suprapto. Buku Ajar Biologi Kelas XI Semester Genap. Solo: Putra Keraton.





nama:

1. Pipit fitriyah
2. Eko mulyadi
3. Makfhudi
4. Fanny aziz
5. nasirrudin

1 komentar: